Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT) sebagai upaya peningkatan Mutu Lada Secara Komparatif dan Kompetitif

Meski bukan tanaman asli Indonesia khususnya Belitung, lada telah menjadi komoditas unggulan sejak zaman penjajahan Belanda. Menurut Made Astawan lada di bawa ke Indonesia oleh bangsa portugis pada abad ke -16. Sejak saat itu menjadi rempah yang banyak dicari. Bahkan pada abad ke-17, banyak negara lain yang menginginkan lada dari Indonesia.

Agroklimat yang unik di setiap tempat membuat karakteristik rasa lada yang dihasilkan pun beragam. Secara market share lada dunia, vietnam memenuhi 35% kebutuhan lada dunia kemudian disusul oleh negara India dan Indonesia masing-masing 16%. Di Indonesia, provinsi Lampung adalah produsen lada tertinggi. Uniknya dibalik data astronomikal lada vietnam dan provinsi lain di Indonesia, Lada Bangka Belitung mencuri perhatian pasar dunia karena kandungan pipperin tertinggi dari lada-lada yang dihasilkan di provinsi dan negara lain.

Namun keunggulan komoditas secara komparatif ini masih membutuhkan kerja keras dari semua pihak yang terkait dalam pengembangannya. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Belitung adalah dengan melakukan pelatihan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT).

PPHT yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2022 di Dusun Air Kalak Desa Pelepak Pute Kecamatan Sijuk diikuti oleh 20 peserta dari 4 kelompok tani yaitu Kelompok Tani Tunas Jaya, Kelompok Tani Bukit Barisan, Kelompok Tani Permai Indah dan Kelompok Bina Karya. Pelatihan ini bertujuan agar petani mampu melaksanakan prinsip PHT pada usaha tani lada yaitu
1. Budidaya tanaman sehat. Petani memahami faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman yaitu faktor abiotik dan biotik. contoh faktor abiotik adalah suhu, kelembaban udara, curah hujan, jumlah hari hujan, tekanan udara, kecepatan angin dan lain-lain. faktor biotik contohnya gangguan dari jenis tanaman atau hewan contohnya benalu, gulma, cendawan. serangga.
2. Melestarikan dan memanfaatkan musuh alami. Petani mampu mengenali janis-jenis serangga yang menguntungkan bagi petani karena perannya sebagai musuh alami. Memahami cara melindungi keberadaan musuh alami di kebunnya.
3. Melakukan pengamatan secara periodik atau secara berkala. Petani memahami pentingnya aktivitas monitoring kebun dan al-hal yang penting untuk diamati.
4, Petani menjadi ahli PHT di kebun sendiri. Setelah memahami berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan mengenali organisme yang menguntungkan, petani mampu mempertimbangkan alternatif pengendalian organisme peganggu tanaman secara bijaksana dan menguntungkan.

Keberhasilan penerapan PHT tidak hanya berada pada kemampuan petani memahami dan mau menerapkan prinsip PHT tapi harus didukung semua komponen terkait secara terpadu. Komponen pendukung keberhasilan penerapan PHT antara lain :

1. Lingkungan biotik dan abiotik.

Lingkungan memberikan pengaruh yang tidak terbantahkan dan merupakan faktor yang paling berkuasa menentukan tinggi rendahnya input ke dalam sistem usaha tani serta menjadi penentu keberhasilan sistem usaha tani.

2. Lingkungan sosial ekonomi.

Pengaruh dari kebiasaan dalam kehidupan sosial, peran serta perempuan dalam pertanian, keterbukaan dalam menerima nilai baru, kemampuan ekonomi untuk berusaha tani Sistem usahatani. Pengaturan sumber daya dalam berusaha tani, manajemen sistem usaha tani, perluasan, peremajaan kebun, diversifikasi komoditi

3. Lembaga jasa keuangan.

Tersedianya jasa layanan pembiayaan dari lembaga keuangan yang mudah di akses oleh petani.

4. Lembaga penyedia saprodi.

Tersedianya jaminan suplai saprodi yang dibutuhkan pada saat yang tepat dan dalam kuantitas yang mencukupi dengan harga yang terjangkau.

5. Lembaga jasa tenaga kerja.

Meskipun pada banyak usaha tani perkebunan rakyat masih menggunakan tenaga kerja dari anggota keluarga tapi pada saat- saat tertentu seperti pembukaan lahan dan panen membutuhkan tenaga kerja tambahan.

6. Lembaga pemasaran.

Adanya lembaga yang berwenang mengatur pemasaran produk perkebunan lada dan memberikan jaminan harga yang menguntungkan untuk petani.

7. pemasaran. Keterbukaan pasar dan kepastian harga jual lada.

8. pendapatan usaha tani.

Semua komponen diatas adalah bertujuan untuk meningkatkan pendapatan usaha tani.

Pelaksanaan penerapan pengendalian hama terpadu membutuhkan modal usaha tani yang tidak sedikit karena pengendalian hama terpadu hanya dapat diterapkan apabila semua persyaratan untuk memberikan pertumbuhan terbaik bagi tanaman telah dilaksanakan. Namun dibalik itu nilai jual produk yang dihasilkan dari sistem usaha tani yang menerapkan PHT juga lebih tinggi sehingga meningkatkan daya jual produk di pasar dunia karena masyarakat dunia saat ini tidak hanya menuntut produk yang organik saja tapi lebih luas lagi pada bagaimana pengelolaan usaha tani terhadap lingkungan dan isu sosial lainnya misalnya penggunaan tenaga kerja dibawah umur atau kesenjangan upah buruh tani dan laki-laki dan perempuan. Jika kita bisa memenuhi persyaratan produk yang demikian kita telah memiliki keunggulan kompetitif ditambah dengan keunggulan komparatif yang telah ada disertai kerja keras dan kerjasama semua komponen terkait sistem usaha tani lada maka lada belitung akan menjadi komoditas yang layak mendapat julukan emas hijau.

Editor: Bagus Praseptyo, S.Pt